Too busy growing up

00.20.00



We're too busy growing up, but we forget that they are also growing old.




Baru saja menonton video itu, sangat menyentuh. Mengingatkanku pada sesosok wanita tangguh yang terus jadi inspirasiku, nenek buyutku. Empi, begitulah aku memanggilnya.

It's been sucha looooong time ago since I talked to her. Beliau telah tiada, sekitar 4 tahun lalu. Karena nenekku tinggal bersamanya, aku jadi sangat dekat dengannya. Aku memang cicitnya, tapi rasanya kayak cucunya aja. Hehe. Dibanding cicit yang lain, dari kecil aku dan adekku memang yang paling dekat dengan beliau, paling sering ke rumahnya. Ya iyalah, tinggal lari kurang dari 1 menit juga sampe.....

Ah, rindu.
Dulu sering banget ngobrol, tentang apapun. Beliau memang tidak mengerti perkembangan zaman, tapi beliau selalu menyenangkan jika diajak bicara. Kadang kalau memang nggak ada topik pembicaraan, kami bisa cuma duduk di bale belakang rumahnya sambil liatin orang lalu lalang.

Dari diminta tolong untuk masukkin benang ke jarum, sampai beliau tak sanggup lagi menjahit sarung bantal. 
Dari nonton kartun bareng, nonton Cerita si Doel, sampai beliau tak sanggup lagi untuk beranjak dari kasur. 
Dari menuntun beliau ke kamar mandi, benar-benar memandikan beliau di kamar mandi, hingga akhirnya beliau tak sanggup lagi bangun dari tidur.
Hingga akhirnya, beliau benar-benar lupa akan diriku.

Video tersebut mengisahkan tentang sesosok anak yang merawat anaknya yang sudah pikun.
Hmm, Empi pikun di tahun terakhir beliau hidup di muka bumi. Masih sangat ingat, ketika beliau sudah sering mengigau ini itu, biasanya sih beliau sering "melihat" anak kecil dan ayahnya. Nahloooh serem gak? Hehe nggak juga kalo udah kebiasa mah.

Merawat orang tua yang sudah pikun itu, sulit. Butuh banyak sabar dan pikiran yang jernih. Secara teori, kita pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk merawatnya. Tapi, secara praktek, pasti adaaaa aja hari atau waktu dimana kita lelah dan emosian gitu.

Aku sangat salut dengan nenekku yang merawat Empi :"")
Aku juga "kebagian" menemani Empi, kalau pulang dari sekolah (waktu itu masih SMA), biasanya ke rumah Empi terus yaa ngapain gitu. Paling suka kalo makan bareng Empi di dapur. Sederhana. Bahagia. 

Hingga tiba saatnya, Empi pergi.

Pernah nggak pas muhasabah gitu-gitu dibilangin "Bayangkan jika kamu pulang sekolah, di depan rumahmu ada bendera kuning. Semua orang memandangmu dengan rasa iba.." ? Aku merasakannya. 

Masih ingat rasanya gimana pas di mushola SMA ditelepon Ibu. Beliau bilang, "Na, Empi udah nggak ada. Kamu pulang ya".

 Masih memakai seragam SMA, aku melihat Empi dimandikan. 

Hati ini langsung runtuh. Biasanya aku yang mandiin Empi, aku yang nyuapin Empi, tapi saat itu beliau sudah tiada...........................

Penyesalan selalu datang terakhir, bukan? Kadang aku menyesal melewatkan satu hari tidak menjenguk Empi dulu. Kadang menyesal kenapa lebih milih mampir ke McD (padahal gak sering, anak cupuuh). Kadang menyesal kenapa lebih milih ngaso-ngaso di sekolah. Kenapa?

Tapi itulah Takdir, dengan atau tanpa aku begitu pun, memang sudah jalannya begitu.

Nah, sekarang, banyak yang nanya kenapa Khoirun di semester 4 ini looks like gabut banget :) Enggak ikut banyak kepanitiaan kayak semester-semester kemarin.... Salah satu alasannya adalah, aku tidak ingin melewatkan banyak waktu lagi untuk keluargaku. I have no idea sampai kapan bisa mencoba berbakti untuk kedua orang tua. 

Dan, bukan berarti pula orang yang banyak kegiatannya berarti nggak berbakti kepada ortu. No, everyone has their own way to express their love, right? Semoga, apa yang Khoirun pilih untuk semester ini beneran sesuai dengan tujuan. Jangan tau-tau gak ikut apa-apa terus di rumah kerjaannya nonton Inuyasha. Oh nooooo..... :P

“Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (An Nisa: 36). 

Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rosululloh, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Alloh?’ Beliau menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” (HR. Al Bukhori no. 5970).  
Saling do'a yaa semoga kita tidak melupakan kewajiban kita yang satu ini :)

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe