Saat menulis ini, khoirun sedang berada di kota Jogja dengan seorang krucil sepupu yang tertidur lelap di samping. Perjalanan tur bersama keluarga besar masih berlanjut.
Selalu senang rasanya bisa jalan-jalan melihat sawah dan penduduk lokal yang sederhana, Alhamdulillaah.

Sejenak, khoirun merenung. Masya Alloh, kalo dipikir dan dikalkulasi berdasarkan matematika-nya manusia, seorang petani yang pendapatannya sedikit... kok bisa yah menghidupi keluarganya yang banyak? Bisa makan semua loh. Trus, ko ada yah orang yang dagang bakso di kampung seperti ini? Emang ada yang beli?

Khoirun lupa. Ada Alloh yang mengatur semuanya. Segala ketentuan sudah ditakdirkan oleh Alloh. Rezeki, aut, jodoh, masa depan, bahkan detik selanjutnya. Khoirun ngga punya apa-apa. Khoirun hanyalah hamba dari Alloh Yang Maha Kaya. Kadang, diri ini suka nyeleneh. Misalnya, menganggap bahwa tanpa ikut suatu program beasiswa, khoirun ngga akan bisa keluar negeri. Betapa sempitnya tauhid yang ada pada diri ini. Astaghfirulloh. Kenapa harus takut nggakan bisa keluar negeri? Kalo Alloh ngga menakdirkan, mau keterima beasiswa kaya gimanapun yah pasti nggakan bisa berangkat. Kenapa harus takut miskin, kalo khoirun punya Alloh yang Maha Kaya? Diri ini bisa apa untuk menghindari ketentuan-Nya?

Sama kaya jodoh, kadang pusing banget dengan tuntutan dari orang tua. Bingung gimana bisa ketemu si dia dengan cara yang baik... tapi khoirun harus percaya sama Alloh. He is the best planner. Nggabole ada keraguan sedikitpun di hati ini.

Itu tadi soal memiliki, nah kali ini soal kehilangan. Sebagai hamba Alloh, semua yang ada di diri ini adalah titipan. Mulai dari kemampuan berbicara, melihat, ibu, ayah, keluarga, suami, bahkan anak. Ketika ada suatu titipan tersebut yang masanya sudah habis, diri ini harus dapat mengimani. Diri ini bisa apa kalo udah ditakdirkan untuk kehilangan sesuatu....?

Diri ini bisa apa.... toh Alloh lah yang punya ketetapan atas semuanya :")

Love,
Khoirun yang hampir ketiban tas jatoh dari atas :')