Menyampaikan keindahan islam
08.11.00"Saya tidak muluk-muluk bisa menyampaikan keindahan Islam pada semua orang di Britania Raya yang salah paham kepada Islam. Tidak, Paman. Saya tidak muluk-muluk. Cukuplah bahwa Saya bisa menyampaikan akhlak Islam dan kualitas Saya sebagai orang Islam kepada orang-orang yang sering berinteraksi dengan Saya, jika Saya bisa, itu Saya sudah bahagia." — Fahri, Ayat-Ayat Cinta 2.
Merasa sangat teramat tertampar dengan masalah yang satu ini: akhlak.
Bagaimana mungkin seseorang yang mengaku cinta dengan Rosulullah (sholallahu 'alaihi wa sallam) tidak bersikap amanah dengan orang lain? Bagaimana mungkin seseorang yang mengaku mengikuti ajaran Rosulullah dengan kemurnian tauhid sering menyakiti perasaan orang lain? Bagaimana mungkin diri ini mengaku seorang muslim jika akhlak yang terpancar sama sekali tidak mengikuti ajaran Islam?
Ah, it is like a forever question to be asked for ourselves —me, actually.
Sudah berkali-kali saya mendengar atau membaca nasehat para ulama mengenai akhlak. Bahwasanya, akhlak merupakan hal yang sangat urgensi dan harus kita pelajari jauh sebelum kita mempelajari suatu ilmu.
Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Sudah berkali-kali pula saya mendengar atau membaca nasehat dari para asatidz mengenai pentingnya seorang muslim memiliki akhlak yang baik. Ketika kita ditentang keluarga, tetangga, teman, dan lain-lain. Jawabannya adalah: berdo'a kepada Allah dan milikilah akhlak yang baik kepada mereka. Sebelum memulai mempelajari matan abu syuja, bahkan saya diharuskan duduk untuk mempelajari kitab adab-adab menuntut ilmu terelebih dahulu selama beberapa bulan. Saya hanyalah muslimah yang ilmunya jauh dari cukup. Oleh karena itu, Saya tidak akan mengkaji lebih lanjut tentang akhlak disini. Lagipula, Saya gak mau mengkaji. Saya hanya ingin berkontempelasi dengan common sense yang saya miliki.
Saya malu mengaku muslim ketika perilaku saya tidak sama sekali mencerminkan apa yang Islam ajarkan. Ketakutan terbesar Saya adalah, Saya menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan hidayah dari Allaah. Mungkin, ketika ada teman perempuan Saya yang ingin mengenakan hijab, ia ragu sebab melihat Saya yang mengenakan hijab sepanjang kaki tapi kelakuannya masih buruk seperti ini. Saya takut jika hal seperti itu terjadi.
Saya sangat terinspirasi dengan nenek buyut Saya, rohimahullah. Beliau merupakan orang yang akhlaknya sangat baik, tidak pernah menyakiti orang, berbohong, berbuat dzholim, berkata kasar, dan sebagainya. Beliau memang bukan ahli ibadah seperti orang lain, namun akhlaknya... masya Allah. Beliau selalu diingat orang sebagai orang yang baik, banyak yang mendo'akan beliau hingga saat ini. Saya sering malu jika mengingat hal ini. Saya yang sok-sokan mau menghapal al-qur'an malah memiliki akhlak yang jauh dari apa yang diajarkan islam. Gila kali?!
Hmmmm......
Sometimes, I feel like giving up on my ibadah. Yes, I sometimes feel like I don't deserve to be looked as a good muslimah when my behavior is still bad like this. Tapi itu was-was dari syaithon, sih. Justru, Saya harusnya bukan berhenti beribadah. Tapi, tetap beribadah dan improve akhlak Saya agar lebih baik lagi, dengan ridho Allah tentunya. Jaahid!
Inti dari post ini apa ya. Sepertinya tidak ada, lol.
I just wanna say to all of you who read this:
If I do something wrong, do not blame on Islam. Please, do blame on me for not doing what Islam have taught me to.
Semoga Allah memberikan khoirun akhlak yang khoir, aamiin.
Semoga Saya dan semua muslimin di dunia dapat menyampaikan keindahan Islam, dimanapun kita berada. aamiin.
Love,
Nida.
0 komentar